#top-social-profiles{height:42px;text-align:right}#top-social-profiles img{margin:0 6px 0 0px !important} #top-social-profiles img:hover{opacity:0.8} #top-social-profiles .widget-container{background:none;padding:0;border:0} .social-profiles-widget img{margin:0 6px 0 0} .social-profiles-widget img:hover{opacity:0.8}

Total Tayangan Halaman

Jumat, 21 Februari 2014

Aku Pernah Merasakannya - By - LovePathie

Untuk yang sedang merasakannya,

Berapa kali kamu dikecewakan oleh putaran waktu?
Sesering apa kamu mengerti betul tentang beratnya melepaskan?
Tentang perjuangan merelakan?
Memiliki yang justru akhirnya berusaha melepaskan diri, berharap pada yang mengharapkan orang lain, memberikan bahagia kepada yang telah membuatmu berairmata, mematikan segala mimpi pada yang menaburkan benih-benih ekspektasi, menggugurkan ingatan tentang seseorang yang tak bisa kau lupakan, berjarak dengan dia yang kau cinta, dijadikan yang terakhir oleh yang selalu kau prioritaskan bahagianya, menjadi kuat disaat seisi dunia berusaha melemahkanmu, disodori segitiga yang membentukmu dia dan yang dicintainya.

Sakitkah?
Sudah berapa lama kamu bertahan karena masih meyakinkan kepalamu bahwa harapan sedang diproduksi?
Sudah berapa lama kamu menunggu dia yang sedikitpun tak pernah tahu isi hatimu?
Sudah sesering apa hanya bisa melihat punggungnya pergi dan kamu hanya bisa gigit jari?
Sudah sebanyak apa perban di hatimu yang kau sembunyikan?
Bukankah hanya kamu yang paling tahu, bukankah selama ini menyimpannya takkan menghasilkan apa-apa selain sakit yang berlipat-lipat?
Lalu untuk apa masih memperjuangkan yang sedikitpun tak pernah tahu keberadaanmu, tak pernah menginginkanmu?

Memang benar tidak ada yang mustahil, memang benar kamu harus mencoba segala sesuatunya.
Tapi bukan dengan mempertaruhkan hatimu kan?
Selain menerima realita, mungkin kamu perlu membuka mata.
Kadang kamu harus pergi beberapa meter dari arena lukamu untuk tahu siapa yang perlu diperjuangkan dan yang perlu dilepaskan. Kadang kamu harus mencicipi sakit yang bertubi-tubi, tapi jangan hal-hal itu membuatmu lemah sedikitpun. Jangan membuat luka itu nyaman untuk beredar. Jangan menunda agar mereka bebas menyakitimu lebih lagi.

Bukan salahmu, bukan salahnya, bukan salah siapa-siapa.
Aku juga pernah begitu.
Tapi setelah menyadari bahwa luka tak dapat diundang seijin diri kita sendiri, aku cepat-cepat mengusirnya pergi sejauh mungkin, sekeras mungkin yang aku bisa.

Suatu hari, kamu akan menyadari bahwa ada orang lain yang bisa membahagiakanmu tanpa harus menciptakan luka di hatimu.
Suatu hari, kamu akan menertawai seluruh rangkai airmata ini.
Karena suatu hari nanti kamu akan mendewasa, kamu akan bisa melihat segala sesuatunya lebih jelas.

Tenang!

Segala sesuatunya akan baik-baik saja. Segala sesuatunya sedang dikendalikan Tuhan, jika kamu mengijinkan Dia membantumu.
Hari-hari berat, malam-malam yang penuh dengan tangis, hati yang pelan-pelan meretak, waktu yang semakin keras berdetak, pasti akan mengajarimu sesuatu.
Dan kamu akan menyadarinya suatu hari nanti.
Percayalah, karena aku pernah merasakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar